sa'at shalat

Selasa, 26 Juni 2012


CANDA RASULULLAH SAW
kisahislam.net

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang pemimpin yang sangat memperhatikan urusan umat dan seluruh pasukannya. Beliau juga sangat perhatian  terhadap bawahan serta anggota keluarga. Disamping itu beliau juga tetap menjaga amal ibadah serta wahyu yang diturunkan. Dan banyak lagi urusan lain yang beliau perhatikan. Sungguh merupakan amal yang sangat agung dalam rangka memenuhi tuntutan kehidupan dan membangkitkan motivasi, yang tidak akan mampu dilaksanakan oleh sembarang orang. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan setiap hak pada tempatnya. Beliau tidak akan mengurangi hak orang lain atau meletakkan hak tersebut tidak pada tempatnya. Meskipun sangat banyak beban dan pekerjaan, namun beliau tetap memberikan tempat bagi anak-anak kecil dihatinya. Beliau sering mengajak mereka bercanda  dan bersenda gurau, mengambil hati mereka dan membuat mereka senang.
Abu Hurairah Radhiallaahu ‘anhu menceritakan: “Para sahabat ber-tanya kepada Rasulullah : “Wahai Rasulullah, apakah engkau juga bersenda gurau bersama kami?”  Rasulullah menjawab: “Tentu, hanya saja aku selalu berkata benar.” (HR. Ahmad).
Anas Radhiallaahu ‘anhu menceritakan kepada kita salahsatu bentuk canda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata: “Rasulullah pernah memanggilnya dengan sebutan: “Wahai pemilik dua telinga!” (maksudnya bergurau dengannya) (HR. Abu Dawud)
Anas Radhiallaahu ‘anhu mengisahkan: “Ummu Sulaim Radhiallaahu ‘anha mempunyai seorang putra yang bernama Abu ‘Umair.   Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering bercanda dengannya setiap kali beliau datang. Pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang mengunjunginya untuk bercanda, namun tampaknya anak itu sedang sedih. Mereka berkata: Wahai Rasulullah , burung yang biasa diajaknya bermain sudah mati.”  Rasulullah lantas bercanda dengannya, beliau berkata: “Wahai Abu ‘Umair, apakah gerangan yang sedang dikerjakan oleh burung kecil itu?” (HR. Abu Daud)
Demikian pula dengan para sahabat Radhiallaahu ‘anhum, salah satu di antaranya adalah yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiallaahu ‘anhu ia berkata: “Ada seorang pria dusun bernama Zahir bin Haram. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyukainya. Hanya saja  tampangnya jelek. Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menemuinya sewaktu ia menjual barang dagangan. Tiba-tiba Rasulullah memeluknya dari belakang sehingga ia tidak dapat melihat beliau. Ia pun berkata: “Lepaskan aku! Siapakah ini?” Setelah menoleh ia pun mengetahui ternyata yang memeluknya adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk merapatkan punggungnya ke dada Rasulullah . Rasulullah lantas berkata: “Siapakah yang sudi membeli hamba sahaya ini?” Iapun berkata: “Demi Allah wahai Rasulullah , kalau demikian aku tidak akan laku dijual!” Rasulullah membalas: “Justru engkau di sisi Allah ‘Azza wa Jalla sangat mahal harganya!” (HR. Ahmad)
Sungguh merupakan akhlak yang terpuji dari baginda Nabi yang mulia dan luhur budi pekertinya. Meskipun beliau bersikap luwes terhadap keluarga dan kaumnya, namun tetap ada batasannya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah melampaui batas bila tertawa, beliau hanya tersenyum. Sebagaimana yang dituturkan ‘Aisyah Radhiallaahu anha : “Belum pernah aku melihat Rasulullah tertawa terbahak-bahak hingga  kelihatan anak lidah beliau. Namun beliau hanya tersenyum.” (Muttafaq ‘alaih)
Meskipun beliau selalu bermuka manis dan elok dalam perrgaulan, namun bila peraturan-peraturan Allah dilanggar, wajah beliau akan memerah karena marah. ‘Aisyah Radhiallaahu anhu menuturkan kepada kita: “Pada suatu ketika, Rasulullah baru kembali dari sebuah
lawatan. Sebelumnya aku telah menirai pintu rumahku dengan korden tipis yang bergambar. Ketika melihat gambar itu Rasulullah langsung merobeknya hingga berubah rona wajah beliau seraya berkata:”Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya orang yang paling keras siksanya di sisi Allah pada Hari Kiamat adalah orang-orang yang meniru-niru ciptaan Allah.” (Muttafaq ‘alaih)
Dikutip dari Buku Sehari Di Kediaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar