sa'at shalat

Selasa, 19 Juni 2012


Ensiklopedi Hukum Islam: Melihat Allah di Akhirat

l
Ensiklopedi Hukum Islam: Melihat Allah di AkhiratFiqhislam.com - Persoalan melihat Tuhan di akhirat banyak ditanggapi terutama oleh para mutakallimin (ahli kalam/teolog) dengan tanggapan yang berbeda.

Golongan Muktazilah mengatakan bahwa Tuhan, karena bersifat nonmateri, tak dapat dilihat oleh mata kepala. Mereka berargumen bahwa Tuhan tidak mengambil tempat, baik di dunia maupun di akhirat dan dengan demikian Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat, karena yang dapat dilihat hanyalah yang mengambil tempat.

Kalau Tuhan dapat dilihat di akhirat dengan mata kepala, tentu akan dapat dilihat di alam dunia sekarang. Ayat Alquran yang mereka jadikan dasar ialah Surah Al-An’am ayat 103 yang artinya, “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dia-lah yang Mahahalus lagi Mahamengetahui.

Golongan Asy’ariyah sebaliknya berpendapat bahwa Tuhan dapat dilihat di akhirat dengan mata kepala. Karena Tuhan mempunyai sifat-sifat antropomorfis meskipun tidak s`ma dengan sifat jasmani manusia yang ada di alam dunia.

Argumentasi yang mereka kemukakan adalah bahwa Allah SWT memiliki kekuasaan melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya. Melihat Tuhan di akhirat dengan mata kepala adalah suatu hal yang bukan mustahil. Mereka mengatakan bahwa yang tak dapat dilihat adalah yang tak berwujud. Yang mempunyai wujud tidak mustahil dapat dilihat.

Tuhan adalah berwujud dan oleh karenanya tidak mustahil dapat dilihat. Ayat Alquran yang mereka jadikan dasar ialah Surah Al-Qiyamah ayat 22-23 yang artinya, “Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.

Dasar lain juga pada Surah Al-A'raf ayat 143 yang artinya, “Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa, ‘Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.’ Tuhan berfirman, ‘Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku’...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar