Manusia yang tak Disukai Allah
Selasa, 16 dZulqa'dah 1433 / 02 Oktober 2012
Ilustrasi
Oleh: Ustadz Hasan Basri Tanjung
Dalam Alquran ditemukan beberapa ayat dengan variasi beragam yang diawali dengan “in nallaha laa yuhibbu” (sesungguhnya Allah tak suka).
Dengan tegas Allah SWT menyatakan ketidaksukaan kepada karakter-karekter negatif dan destruktif. Seperti al-mufsidin (merusak, QS [5]: 64), azh-zhalimin (zalim, [3]: 140), al-musrifin (berlebihan, [6]:141), al-mu’tadin (melampaui batas, [2:190]), al-mustakbirin (menyombongkan diri, [16]:23), kaffarin atsiim (kufur lagi bergelimang dosa, [2]: 276), khawwanin atsima (berkhianat dan berlumur dosa, [4]: 107), khainin (penghianat, [8]: 58), dan mukhtalan fakhura (sombong dan membanggakan diri, [4]: 36, [31]: 18, [57]: 23).
Dalam Tafsir Al-Azhar, Prof Dr Buya Hamka menjelaskan makna kata mukhtalan fakhura. Mukhtal artinya melagak, menyombong, merasa seakan-akan dunia ini dia yang punya. Bumi serasa dilangkahi, langit serasa dipersunting, awak merasa tinggi benar, hina dan mulia tak dikenal, tua dan muda tak disapa. Itulah sombong sikap hidup.
Sementara fakhur adalah cakap yang sombong, perkataan yang selalu meninggi, memandang rendah orang lain, seakan-akan diri tak ada tandingan. Bercakap tinggi, membanggakan diri, menyebut bahwa dia paling pintar atau gagah berani atau si anu pernah dibantunya dan membanggakan keturunan, nenek moyang, kabilah, dan suku.
Dalam Surah An-Nisa’ ayat 36-38 disebutkan empat karakter buruk dari mukhtalan fakhura. Pertama, orang-orang yang kikir dan menyuruh orang berbuat kikir. Bakhil adalah kesombongan, baik kepada Allah SWT yang telah memberi karunia maupun kepada manusia (QS [57]: 24).
Sifat ini adalah kemusyrikan stadium awal karena menyekutukan Allah dengan harta benda. Kebakhilan muncul dalam diri manusia karena terlalu mencintai harta melebihi cintanya kepada Tuhan. (QS [100]: 6-8) dan menumpuk harta (QS [102]: 1). Kedua, menyembunyikan karunia Allah.
Seseorang yang bakhil akan menutupi kenikmatan yang diperolehnya dan tidak ingin diketahui orang lain. Orang-orang yang terserang penyakit berbahaya ini, hidupnya akan menderita hingga akhir hayat. Sebab, setiap karunia yang diterimanya tak pernah disyukuri dan dibagikan untuk orang lain (QS [93]: 11). Orang bakhil itu termasuk kufur nikmat (QS [4]: 37).
Ketiga, orang-orang yang menginfakkan hartanya karena riya kepada orang lain (ingin dilihat dan dipuji). Riya juga merupakan kemusyrikan, yakni menyekutukan Allah dengan manusia. Ia mengeluarkan zakat, infak, sedekah dan wakaf, serta shalat dan puasa karena ingin dipuji dan dikatakan dermawan. (QS [2]: 264).
Keempat, orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Ketiga golongan tersebut di atas, akan tampak dari sikap dan perbuatannya. Meskipun menjalankan syariat Islam, mereka tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Sekiranya beriman kepada Allah dan hari akhir, tentu mereka tidak bakhil atau riya.
Dalam keseharian, mereka yang mengidap keempat penyakit hati ini akan membanggakan diri dan pongah (QS [31]: 18). Hal tersebut disebabkan mereka berteman dengan setan (QS [4]: 38). Manusia tak suka dan Allah pun tak suka. Wallahu a’lam.
Dalam Alquran ditemukan beberapa ayat dengan variasi beragam yang diawali dengan “in nallaha laa yuhibbu” (sesungguhnya Allah tak suka).
Dengan tegas Allah SWT menyatakan ketidaksukaan kepada karakter-karekter negatif dan destruktif. Seperti al-mufsidin (merusak, QS [5]: 64), azh-zhalimin (zalim, [3]: 140), al-musrifin (berlebihan, [6]:141), al-mu’tadin (melampaui batas, [2:190]), al-mustakbirin (menyombongkan diri, [16]:23), kaffarin atsiim (kufur lagi bergelimang dosa, [2]: 276), khawwanin atsima (berkhianat dan berlumur dosa, [4]: 107), khainin (penghianat, [8]: 58), dan mukhtalan fakhura (sombong dan membanggakan diri, [4]: 36, [31]: 18, [57]: 23).
Dalam Tafsir Al-Azhar, Prof Dr Buya Hamka menjelaskan makna kata mukhtalan fakhura. Mukhtal artinya melagak, menyombong, merasa seakan-akan dunia ini dia yang punya. Bumi serasa dilangkahi, langit serasa dipersunting, awak merasa tinggi benar, hina dan mulia tak dikenal, tua dan muda tak disapa. Itulah sombong sikap hidup.
Sementara fakhur adalah cakap yang sombong, perkataan yang selalu meninggi, memandang rendah orang lain, seakan-akan diri tak ada tandingan. Bercakap tinggi, membanggakan diri, menyebut bahwa dia paling pintar atau gagah berani atau si anu pernah dibantunya dan membanggakan keturunan, nenek moyang, kabilah, dan suku.
Dalam Surah An-Nisa’ ayat 36-38 disebutkan empat karakter buruk dari mukhtalan fakhura. Pertama, orang-orang yang kikir dan menyuruh orang berbuat kikir. Bakhil adalah kesombongan, baik kepada Allah SWT yang telah memberi karunia maupun kepada manusia (QS [57]: 24).
Sifat ini adalah kemusyrikan stadium awal karena menyekutukan Allah dengan harta benda. Kebakhilan muncul dalam diri manusia karena terlalu mencintai harta melebihi cintanya kepada Tuhan. (QS [100]: 6-8) dan menumpuk harta (QS [102]: 1). Kedua, menyembunyikan karunia Allah.
Seseorang yang bakhil akan menutupi kenikmatan yang diperolehnya dan tidak ingin diketahui orang lain. Orang-orang yang terserang penyakit berbahaya ini, hidupnya akan menderita hingga akhir hayat. Sebab, setiap karunia yang diterimanya tak pernah disyukuri dan dibagikan untuk orang lain (QS [93]: 11). Orang bakhil itu termasuk kufur nikmat (QS [4]: 37).
Ketiga, orang-orang yang menginfakkan hartanya karena riya kepada orang lain (ingin dilihat dan dipuji). Riya juga merupakan kemusyrikan, yakni menyekutukan Allah dengan manusia. Ia mengeluarkan zakat, infak, sedekah dan wakaf, serta shalat dan puasa karena ingin dipuji dan dikatakan dermawan. (QS [2]: 264).
Keempat, orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Ketiga golongan tersebut di atas, akan tampak dari sikap dan perbuatannya. Meskipun menjalankan syariat Islam, mereka tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Sekiranya beriman kepada Allah dan hari akhir, tentu mereka tidak bakhil atau riya.
Dalam keseharian, mereka yang mengidap keempat penyakit hati ini akan membanggakan diri dan pongah (QS [31]: 18). Hal tersebut disebabkan mereka berteman dengan setan (QS [4]: 38). Manusia tak suka dan Allah pun tak suka. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar