Mendahulukan Cinta Kepada Allah (1)
REPUBLIKA.CO.ID, Wahai kaum Muslimin, sesungguhnya tak ada sesuatu pun yang samar bagi setiap orang yang memiliki mata hati, bahwa Allah SWT sangat mencela orang yang benci kepada apa yang dicintai-Nya dan mencintai apa yang dibenci-Nya.
Allah SWT berfirman, “Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Alquran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amat-amal mereka.” (QS. Muhammad: 9).
Dan Allah berfirman, “Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan (karena) mereka membenci (apa yang menimbulkan) keridhaan-Nya, sebab itu Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka.” (QS. Muhammad: 28).
Kesimpulannya, wajib bagi setiap Muslim yang berakal sehat dan beroleh taufik, untuk mencintai apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, dan membenci apa yang dibenci Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian, ia akan memperoleh kebahagiaan dan keberuntungan yang besar.
Tak perlu disangsikan lagi, bahwa seseorang layak dikatakan memiliki iman yang kuat dan benar, manakala ia mencintai apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, dan membenci apa yang dibenci Allah dan Rasul-Nya.
Seorang Mukmin belum bisa dikatakan sebagai Mukmin sejati, kecuali jika ia telah mendahulukan cinta kepada Rasul SAW melebihi cintanya kepada istri, anak-anak dan semua orang.
Karenanya, telah dijelaskan di dalam Hadis Shahihain, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda, “Tidak layak seseorang dikatakan beriman, sehingga saya lebih dicintai olehnya daripada dirinya, anak-anaknya, kedua orangtuanya dan semua orang."
* Khutbah Masjidil Haram oleh Syekh Abdullah Ibnu Muhammad Al-Khulaifi, Khatib dan Imam Masjidil Haram
Allah SWT berfirman, “Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Alquran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amat-amal mereka.” (QS. Muhammad: 9).
Dan Allah berfirman, “Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan (karena) mereka membenci (apa yang menimbulkan) keridhaan-Nya, sebab itu Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka.” (QS. Muhammad: 28).
Kesimpulannya, wajib bagi setiap Muslim yang berakal sehat dan beroleh taufik, untuk mencintai apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, dan membenci apa yang dibenci Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian, ia akan memperoleh kebahagiaan dan keberuntungan yang besar.
Tak perlu disangsikan lagi, bahwa seseorang layak dikatakan memiliki iman yang kuat dan benar, manakala ia mencintai apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, dan membenci apa yang dibenci Allah dan Rasul-Nya.
Seorang Mukmin belum bisa dikatakan sebagai Mukmin sejati, kecuali jika ia telah mendahulukan cinta kepada Rasul SAW melebihi cintanya kepada istri, anak-anak dan semua orang.
Karenanya, telah dijelaskan di dalam Hadis Shahihain, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau bersabda, “Tidak layak seseorang dikatakan beriman, sehingga saya lebih dicintai olehnya daripada dirinya, anak-anaknya, kedua orangtuanya dan semua orang."
* Khutbah Masjidil Haram oleh Syekh Abdullah Ibnu Muhammad Al-Khulaifi, Khatib dan Imam Masjidil Haram
Tidak ada komentar:
Posting Komentar