Lima Energi Kebugaran Rohani |
Fiqhislam.com - Setiap orang mendambakan kebugaran. Kebugaran sebagai energi kekuatan manusia untuk melaksanakan segala bentuk kebaikan (al-khair) dan mencegah kemungkaran (asy-syar).
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, masing-masing ada kebaikan. Semangatlah meraih apa yang bermanfaat untukmu dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan bersikap lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah janganlah mengatakan, ‘Seandainya aku berbuat begini dan begitu, niscaya hasilnya akan lain’.” (HR Muslim). Energi itu tidak datang tiba-tiba, tetapi perlu upaya dan pengorbanan. Karena itu, untuk menghasilkan kebugaran jasmani, seseorang dapat berolahraga secara rutin (HR Dailami), mengonsumsi makanan yang halal dan bergizi (QS al-Baqarah [2]: 168), serta istirahat yang cukup. (QS an-Naba’ [78]: 9). Sedangkan untuk menghasilkan energi kebugaran rohani, hendaknya seseorang mendawamkan (membiasakan) berbagai amalan positif.
Pertama, berusaha keras untuk mendirikan shalat tahajud. Sebab, salah satu kemuliaan seseorang itu terletak dari shalat tahajudnya.
Dalam hal ini, Allah sudah menegaskan, tentang kemuliaan dari shalat tahajud. Rasul SAW juga senantiasa mendirikan shalat tahajud. “Hendaklah kalian terus melakukan shalat malam (tahajud), karena ia merupakan kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian, juga menjadi sarana pendekatan diri kepada Rabb kalian, menghapuskan kesalahan dan mencegah dari perbuatan dosa.” (HR Tirmidzi). Kedua, membiasakan membaca Alquran, karena ia merupakan sumber ketenangan bagi seorang Mukmin. “Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS al-Isra’ [17]: 82). Ketiga, memelihara kesempurnaan shalat, karena ia merupakan tali penghubung antara seorang hamba dan Tuhannya. Kesempurnaan shalat terletak pada kekhusyukan. Dengan shalat yang khusyuk, niscaya akan terbukalah kunci-kunci pintu hati, dan bersinar cahaya keimanannya. “Dan dijadikan mataku sejuk dalam shalat.” (HR Nasai). Keempat, menjaga shalat Dhuha, karena ia menjadi kunci pelancar rezeki. Rasulullah SAW bersabda, “Pada setiap pagi ada kewajiban atas setiap orang untuk bersedekah dan cukuplah ia menggantinya dengan mengerjakan dua rakaat Dhuha.” (HR Abu Dzar). Kelima, senantiasa bersedekah setiap hari meskipun hanya dengan sekuntum senyuman. Sebab, ia menjadi penyubur kasih sayang. Sedekah adalah amalan yang sangat mulia. Ia dapat membersihkan diri dari sifat-sifat yang buruk dan menyuburkan sifat kasih sayang dalam diri manusia, selain itu di sisi Allah terdapat pahala yang besar. “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS al-Baqarah [2]: 261). Wallahu a’lam. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar