10 ayyam 2 go syahrul Ramadhan
Ensiklopedi Hukum Islam: Akidah
ccfc.ye.org
REPUBLIKA.CO.ID, Akidah adalah keyakinan keagamaan yang dianut oleh seseorang dan menjadi landasan segala bentuk aktivitas, sikap, pandangan, dan pegangan hidupnya. Istilah tersebut identikdengan iman (kepercayaan, keyakinan).
Kata aqidah berasal dari aqada, yang berarti mengikat membuhul, menyimpulkan, mengokohkan, menjanjikan. Secara kebahasaan akidah berarti yang diikat, yang dibuhul, yang disimpulkan, yang dikokohkan, yang dijanjikan.
Mahmud Syaltut, ahli fikih kontemporer dari Mesir, mengatakan bahwa Alquran menyebut istilah akidah dengan iman dan syariat dengan amal saleh. Alquran menyebut kedua kata tersebut secara berangkai, sehingga antara satu dan yang lain tidak dapat dipisahkan.
Hal ini antara lain terlihat pada ayat-ayat: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya.”(QS. 18: 107-108).
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. 103: 1-3).
Kalangan Ahlusunah waljamaah berpendapat bahwa kandungan akidah terdiri atas enam pokok keyakinan, yaitu: (1) keyakinan terhadap Allah, (2) keyakinan terhadap para malaikat, (3) keyakinan terhadap kitab-kitab suci, (4) keyakinan terhadap para rasul, (5) keyakinan terhadap adanya hari kiamat, dan (6) keyakinan terhadap kada dan kadar Tuhan.
Pandangan demikian didasarkan atas sejumlah ayat Alquran dan hadis Nabi SAW. Di antara ayat yang berbicara tentang kandungan akidah itu adalah; “Rasul telah beriman kepada Alquran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya...” (QS. 2: 285)
Dalam ayat lain disebutkan, “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat- malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.” (QS. 2: 177).
Sehubungan dengan ayat terakhir di atas, mufassir Ibnu Kasir (700 H/1300 M-774 H/1373 M) mengatakan ayat tersebut mengandung landasan umum (keagamaan) dan akidah yang benar. Untuk itu, ia mengutip sebuah hadis yang diriwayatkannya dari Ibnu Abi Khatim (wafat 327 H).
Ibnu Abi Khatim adalah perawi yang banyak meriwayatkan hadis tentang sebab turun ayat-ayat Alquran. Riwayat tersebut menerangkan bahwa Abu Dzar Al-Gifhari (wafat 32 H), seorang sahabat, bertanya kepada Nabi SAW, ” Apakah iman itu?” Rasulullah SAW menjawabnya dengan membaca ayat tersebut.
Adapun hadis yang membicarakan kandungan akidah antara lain adalah hadis yang diriwayatkan dari Umar bin Khathab berkenaan dengan pertanyaan Malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW, “Apakah itu iman?”
Rasulullah SAW menjawab, “Iman ialah bahwa engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul- rasul-Nya, hari kemudian, dan percaya terhadap kadar baik dan buruk yang datang dari Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Kandungan akidah tersebut biasa disebut dengan rukun iman.
Kata aqidah berasal dari aqada, yang berarti mengikat membuhul, menyimpulkan, mengokohkan, menjanjikan. Secara kebahasaan akidah berarti yang diikat, yang dibuhul, yang disimpulkan, yang dikokohkan, yang dijanjikan.
Mahmud Syaltut, ahli fikih kontemporer dari Mesir, mengatakan bahwa Alquran menyebut istilah akidah dengan iman dan syariat dengan amal saleh. Alquran menyebut kedua kata tersebut secara berangkai, sehingga antara satu dan yang lain tidak dapat dipisahkan.
Hal ini antara lain terlihat pada ayat-ayat: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya.”(QS. 18: 107-108).
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. 103: 1-3).
Kalangan Ahlusunah waljamaah berpendapat bahwa kandungan akidah terdiri atas enam pokok keyakinan, yaitu: (1) keyakinan terhadap Allah, (2) keyakinan terhadap para malaikat, (3) keyakinan terhadap kitab-kitab suci, (4) keyakinan terhadap para rasul, (5) keyakinan terhadap adanya hari kiamat, dan (6) keyakinan terhadap kada dan kadar Tuhan.
Pandangan demikian didasarkan atas sejumlah ayat Alquran dan hadis Nabi SAW. Di antara ayat yang berbicara tentang kandungan akidah itu adalah; “Rasul telah beriman kepada Alquran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya...” (QS. 2: 285)
Dalam ayat lain disebutkan, “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat- malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.” (QS. 2: 177).
Sehubungan dengan ayat terakhir di atas, mufassir Ibnu Kasir (700 H/1300 M-774 H/1373 M) mengatakan ayat tersebut mengandung landasan umum (keagamaan) dan akidah yang benar. Untuk itu, ia mengutip sebuah hadis yang diriwayatkannya dari Ibnu Abi Khatim (wafat 327 H).
Ibnu Abi Khatim adalah perawi yang banyak meriwayatkan hadis tentang sebab turun ayat-ayat Alquran. Riwayat tersebut menerangkan bahwa Abu Dzar Al-Gifhari (wafat 32 H), seorang sahabat, bertanya kepada Nabi SAW, ” Apakah iman itu?” Rasulullah SAW menjawabnya dengan membaca ayat tersebut.
Adapun hadis yang membicarakan kandungan akidah antara lain adalah hadis yang diriwayatkan dari Umar bin Khathab berkenaan dengan pertanyaan Malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW, “Apakah itu iman?”
Rasulullah SAW menjawab, “Iman ialah bahwa engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul- rasul-Nya, hari kemudian, dan percaya terhadap kadar baik dan buruk yang datang dari Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Kandungan akidah tersebut biasa disebut dengan rukun iman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar