Alam Ruh: Sebelum Titik Nol
REPUBLIKA.CO.ID, Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Biasanya titik nol sebuah kota tepatnya di alun-alun kota dan titik nol manusia adalah ketika dia dilahirkan ke dunia.
Tapi ada juga yang berpendapat ketika dia mulai masuk aqil balig, yakni mulai diperhitungkan segala amalannya. Dan bagi para mualaf titik nol mereka adalah ketika mereka masuk ke dalam keislaman.
Jika sebuah ilustrasi titik nol itu adalah saat kelahiran kita di dunia, berarti sesungguhnya ada titik dimana sebelum nol yang bisa kita sebut sesuai dengan judul bahasan adalah “before zero”. Apakah sebenarnya yang terjadi “Before Zero” tersebut?
Sebelum setiap manusia lahir ke dunia. Allah telah mengambil kesaksian dari setiap jiwa atau ruh manusia. Kita akan memulai dari ayat, “Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?” (QS. Al Insaan, 76 : 1)
Dan bagaimana proses penciptaan yang digambarkan dalam ayat, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (serayaberfirman) “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjad isaksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keEsaan Tuhan)”. (QS. Al A’raaf, 7 : 172)
Berkaitan dengan ayat ini, Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits, “Ketika Allah menciptakan Adam, DIA mengusap punggungnya, maka dari punggung itu setiap ruh yang menyerupai biji atom berjatuhan, yang DIA (Allah) adalah penciptanya sejak itu sampai hari kiamat kelak”. (HR. Imam Tirmidzi)
Dari ubay bin Ka’ab ia mengatakan, “Mereka (ruh tersebut) dikumpulkan, lalu dijadikan berpasang-pasangan, baru kemudian mereka dibentuk. Setelah itu mereka pun diajak berbicara, lalu diambil dari mereka janji dan kesaksian, “Bukankah Aku Tuhanmu?”, mereka menjawab “Benar”. Sesungguhnya AKU akan mempersaksikan langit tujuh tingkat dan bumi tujuh tingkat untuk menjadi saksi terhadap kalian, serta menjadikan nenek moyang kalian Adam sebagai saksi, agar kalian tidak mengatakan pada hari kiamat kelak, “Kami tidak pernah berjanji mengenai hal itu”.
Ketahuilah bahwasanya tiada Tuhan selain Aku semata, tidak ada Rabb selain diriKU, dan janganlah sekali-kali kalian mempersekutukanKU. Sesungguhnya Aku akan mengutus kepada kalian para RasulKU yang akan mengingatkan kalian perjanjianKU itu. Selain itu Aku juga akan menurunkan kitab-kitabKU”. Maka merekapun berkata, “Kami bersaksi bahwa Engkau adalah Tuhan kami, tidak ada Tuhan bagi kami selain hanya Engkau semata”.
Dengan demikian mereka telah mengakui hal tersebut. Kemudian Adam diangkat dihadapan mereka dan ia (Adam) pun melihat kepada mereka, lalu ia melihat orang yang kaya dan orang yang miskin, ada yang bagus dan ada juga yang sebaliknya. Lalu Adam berkata, “Ya Tuhanku, seandainya Engkau menyamakan di antara hamba-hambaMU itu”. Allah menjawab, “Sesungguhnya Aku sangat suka untuk Aku disyukuri”. Dan Adam melihat para nabi di antara mereka seperti pelita yang memancarkan cahaya pada mereka”. (HR. Ahmad)
Inilah peristiwa yang terjadi di Alam ruh, dimana setiap jiwa dari kita manusia telah diambil kesaksian dan melakukan perjanjian dengan Allah SWT, dengan Nabi Adam dan penduduk langit sebagai saksi. Secara fitrah kita memang lupa akan perjanjian itu, karena itu Allah mengingatkan sesuai dengan hadits di atas ; “Sesungguhnya Aku (Allah) akan mengutus kepada kalian para RasulKU yang akan mengingatkan kalian perjanjian KU itu..”
Dan dinyatakan juga dalam Alquran sebagaimana ayat, “Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia (Allah) telah mengambil perjanjianmu, jika kamu adalah orang-orang yang beriman”. (QS. Al Hadiid, 57 : 8)
Karena itu kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap manusia adalah; sesungguhnya tidak ada satu jiwa pun yang lahir ke dunia ini, kecuali Allah telah mengambil perjanjian dan kesaksian mereka ketika di alam ruh bahwa, Allah adalah Rabb mereka, dan Allah melakukan hal ini agar mengujinya dalam kehidupan dunia agar pada hari akhirat nanti tidak ada satupun manusia yang akan mengingkari tentang keEsaan Allah, atau agar tidak ada alasan manusia untuk mengatakan bahwa mereka mengikuti agama dari bapak dan nenek moyang mereka, sehingga mereka hidup di dunia dengan menyekutukan Allah.”
Itulah secara garis besar yang dapat dipaparkan dari apa yang terjadi di Alam ruh, yaitu sebelum kita ditiupkan ke Alam Rahiim yang kemudian lahir di dunia, yang disebut alam dunia. Inilah ilustrasi “Before Zero” sebelum titik nol, dan semoga kita semua menyakini dari apa yang telah Allah SWT nyatakan dalam Alquran dan telah pula Rasul ingatkan dalam hadits tentang perjanjian kita tersebut. Dan semoga kita selalu menjadi orang-orang yang memegang teguh perjanjian tersebut.
Aamiin, Yaa Rabbal ‘Aalamiin.
Tidaklah lebih baik dari yang menulis ataupun yang membaca, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Ustaz Erick Yusuf: Pemrakarsa Training iHAQi (Integrated Human Quotient)
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Biasanya titik nol sebuah kota tepatnya di alun-alun kota dan titik nol manusia adalah ketika dia dilahirkan ke dunia.
Tapi ada juga yang berpendapat ketika dia mulai masuk aqil balig, yakni mulai diperhitungkan segala amalannya. Dan bagi para mualaf titik nol mereka adalah ketika mereka masuk ke dalam keislaman.
Jika sebuah ilustrasi titik nol itu adalah saat kelahiran kita di dunia, berarti sesungguhnya ada titik dimana sebelum nol yang bisa kita sebut sesuai dengan judul bahasan adalah “before zero”. Apakah sebenarnya yang terjadi “Before Zero” tersebut?
Sebelum setiap manusia lahir ke dunia. Allah telah mengambil kesaksian dari setiap jiwa atau ruh manusia. Kita akan memulai dari ayat, “Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?” (QS. Al Insaan, 76 : 1)
Dan bagaimana proses penciptaan yang digambarkan dalam ayat, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (serayaberfirman) “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjad isaksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keEsaan Tuhan)”. (QS. Al A’raaf, 7 : 172)
Berkaitan dengan ayat ini, Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits, “Ketika Allah menciptakan Adam, DIA mengusap punggungnya, maka dari punggung itu setiap ruh yang menyerupai biji atom berjatuhan, yang DIA (Allah) adalah penciptanya sejak itu sampai hari kiamat kelak”. (HR. Imam Tirmidzi)
Dari ubay bin Ka’ab ia mengatakan, “Mereka (ruh tersebut) dikumpulkan, lalu dijadikan berpasang-pasangan, baru kemudian mereka dibentuk. Setelah itu mereka pun diajak berbicara, lalu diambil dari mereka janji dan kesaksian, “Bukankah Aku Tuhanmu?”, mereka menjawab “Benar”. Sesungguhnya AKU akan mempersaksikan langit tujuh tingkat dan bumi tujuh tingkat untuk menjadi saksi terhadap kalian, serta menjadikan nenek moyang kalian Adam sebagai saksi, agar kalian tidak mengatakan pada hari kiamat kelak, “Kami tidak pernah berjanji mengenai hal itu”.
Ketahuilah bahwasanya tiada Tuhan selain Aku semata, tidak ada Rabb selain diriKU, dan janganlah sekali-kali kalian mempersekutukanKU. Sesungguhnya Aku akan mengutus kepada kalian para RasulKU yang akan mengingatkan kalian perjanjianKU itu. Selain itu Aku juga akan menurunkan kitab-kitabKU”. Maka merekapun berkata, “Kami bersaksi bahwa Engkau adalah Tuhan kami, tidak ada Tuhan bagi kami selain hanya Engkau semata”.
Dengan demikian mereka telah mengakui hal tersebut. Kemudian Adam diangkat dihadapan mereka dan ia (Adam) pun melihat kepada mereka, lalu ia melihat orang yang kaya dan orang yang miskin, ada yang bagus dan ada juga yang sebaliknya. Lalu Adam berkata, “Ya Tuhanku, seandainya Engkau menyamakan di antara hamba-hambaMU itu”. Allah menjawab, “Sesungguhnya Aku sangat suka untuk Aku disyukuri”. Dan Adam melihat para nabi di antara mereka seperti pelita yang memancarkan cahaya pada mereka”. (HR. Ahmad)
Inilah peristiwa yang terjadi di Alam ruh, dimana setiap jiwa dari kita manusia telah diambil kesaksian dan melakukan perjanjian dengan Allah SWT, dengan Nabi Adam dan penduduk langit sebagai saksi. Secara fitrah kita memang lupa akan perjanjian itu, karena itu Allah mengingatkan sesuai dengan hadits di atas ; “Sesungguhnya Aku (Allah) akan mengutus kepada kalian para RasulKU yang akan mengingatkan kalian perjanjian KU itu..”
Dan dinyatakan juga dalam Alquran sebagaimana ayat, “Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia (Allah) telah mengambil perjanjianmu, jika kamu adalah orang-orang yang beriman”. (QS. Al Hadiid, 57 : 8)
Karena itu kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap manusia adalah; sesungguhnya tidak ada satu jiwa pun yang lahir ke dunia ini, kecuali Allah telah mengambil perjanjian dan kesaksian mereka ketika di alam ruh bahwa, Allah adalah Rabb mereka, dan Allah melakukan hal ini agar mengujinya dalam kehidupan dunia agar pada hari akhirat nanti tidak ada satupun manusia yang akan mengingkari tentang keEsaan Allah, atau agar tidak ada alasan manusia untuk mengatakan bahwa mereka mengikuti agama dari bapak dan nenek moyang mereka, sehingga mereka hidup di dunia dengan menyekutukan Allah.”
Itulah secara garis besar yang dapat dipaparkan dari apa yang terjadi di Alam ruh, yaitu sebelum kita ditiupkan ke Alam Rahiim yang kemudian lahir di dunia, yang disebut alam dunia. Inilah ilustrasi “Before Zero” sebelum titik nol, dan semoga kita semua menyakini dari apa yang telah Allah SWT nyatakan dalam Alquran dan telah pula Rasul ingatkan dalam hadits tentang perjanjian kita tersebut. Dan semoga kita selalu menjadi orang-orang yang memegang teguh perjanjian tersebut.
Aamiin, Yaa Rabbal ‘Aalamiin.
Tidaklah lebih baik dari yang menulis ataupun yang membaca, karena yang lebih baik di sisi ALLAH adalah yang mengamalkannya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Ustaz Erick Yusuf: Pemrakarsa Training iHAQi (Integrated Human Quotient)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar