Kontroversi Hadis Nabi (1)
23 syawwal 1433
REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah pernyataan yang kontroversial sering diucapkan orang dalam berbagai kesempatan. Seperti, “Ketergesa-gesaan (cepat-cepat) itu dari setan.” Kemudian “Sebaik-baik kebaikan ialah yang disegerakan.”
Secara lafziyah kedua pernyataan ini jelas bertolak belakang. Bagaimanakah menyikapi hal ini?
Syekh Yusuf Qardhawi, dalam kumpulan Fatwa Kontemporer-nya, menjelaskan bahwa pernyataan tersebut merupakan bagian dari sebuah hadis yang berbunyi, "Berhati-hati itu dari Allah Ta’ala dan tergesa-gesa itu dari setan.” (HR. Tirmidzi dari Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi).
Memuji sikap tenang dan hati-hati serta mencela sikap tergesa- gesa merupakan fitrah manusia, dan sudah menjadi kesepakatan manusia sejak zaman dahulu hingga kini. Karena itu, ada berbagai ungkapan mengenai hal ini, seperti, "Barangsiapa berhati-hati, ia akan mendapatkan apa yang diinginkan,"
Kemudian dalam riwayat lain juga diterangkan, "Dalam kehati-hatian terdapat keselamatan, dan dalam ketergesa-gesaan terdapat penyesalan.”
Al Muraqqisy berkata, ”Wahai sahabatku, berhati-hatilah dan jangan tergesa-gesa. Sesungguhnya keselamatan itu tergantung pada ketidak tergesa-gesaan engkau."
Ada pula yang berkata, "Orang yang berhati-hati sering mendapatkan sebagian dari kebutuhannya. Dan orang yang tergesa-gesa sering terpeleset dari tujuan dan cita-citanya.”
Amr bin Ash pernah berkata, “Orang yang tergesa-gesa selalu memetik buah ketergesa-gesaannya yang berupa penyesalan.”
Tergesa-gesa itu dari setan. Sebagaiman kata Ibnul Qayyim, sikap tersebut merupakan cermin bagi seseorang yang kurang berpikir dan kurang hati-hati sehingga hilang kemantapan, ketenangan, dan kesabarannya.
Akibatnya, ia meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya, mendatangkan keburukan, dan menghalangi kebaikan. Ia lahir dari dua akhlak yang tercela, mengabaikan dan tergesa-gesa sebelum waktunya.
Secara lafziyah kedua pernyataan ini jelas bertolak belakang. Bagaimanakah menyikapi hal ini?
Syekh Yusuf Qardhawi, dalam kumpulan Fatwa Kontemporer-nya, menjelaskan bahwa pernyataan tersebut merupakan bagian dari sebuah hadis yang berbunyi, "Berhati-hati itu dari Allah Ta’ala dan tergesa-gesa itu dari setan.” (HR. Tirmidzi dari Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi).
Memuji sikap tenang dan hati-hati serta mencela sikap tergesa- gesa merupakan fitrah manusia, dan sudah menjadi kesepakatan manusia sejak zaman dahulu hingga kini. Karena itu, ada berbagai ungkapan mengenai hal ini, seperti, "Barangsiapa berhati-hati, ia akan mendapatkan apa yang diinginkan,"
Kemudian dalam riwayat lain juga diterangkan, "Dalam kehati-hatian terdapat keselamatan, dan dalam ketergesa-gesaan terdapat penyesalan.”
Al Muraqqisy berkata, ”Wahai sahabatku, berhati-hatilah dan jangan tergesa-gesa. Sesungguhnya keselamatan itu tergantung pada ketidak tergesa-gesaan engkau."
Ada pula yang berkata, "Orang yang berhati-hati sering mendapatkan sebagian dari kebutuhannya. Dan orang yang tergesa-gesa sering terpeleset dari tujuan dan cita-citanya.”
Amr bin Ash pernah berkata, “Orang yang tergesa-gesa selalu memetik buah ketergesa-gesaannya yang berupa penyesalan.”
Tergesa-gesa itu dari setan. Sebagaiman kata Ibnul Qayyim, sikap tersebut merupakan cermin bagi seseorang yang kurang berpikir dan kurang hati-hati sehingga hilang kemantapan, ketenangan, dan kesabarannya.
Akibatnya, ia meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya, mendatangkan keburukan, dan menghalangi kebaikan. Ia lahir dari dua akhlak yang tercela, mengabaikan dan tergesa-gesa sebelum waktunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar