Tanda Orang yang Mengamalkan Ilmunya
Rel kereta api, ilustrasi
Oleh: Hannan Putra, LC
REPUBLIKA.CO.ID, Diantara tanda orang berilmu yang benar adalah mengamalkan ilmunya dan mendisiplin diri untuk mentaati apa yang diperintahkan kepadanya. Orang-orang ini tidaklah termasuk mereka yang disebut oleh Allah SWT dalam firman-Nya, “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal.” (QS. Aljumu’ah: 5).
Firman Allah SWT, “Dan sesungguhnya Dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah mengajarkan kepadanya.” (QS. Yusuf: 68) memiliki maksud bahwa seseorang akan melaksanakan apa yang diketahuinya.”
Diriwayatkan juga bahwa Nabi SAW bersabda, “Kecelakaan bagi si corong perkataan dan mereka yang tegak telinganya.” Maksudnya adalah kecaman kepada orang yang menyimak firman Allah tetapi tidak mengamalkannya.
Abdullah bin Wahab meriwayatkan dari Sufyan, sesungguhnya Khaidir berkata kepada Musa AS, “Wahai putra ‘Imran! Pelajarilah ilmu untuk diamalkan dan jangan mempelajarinya untuk diperbincangkan saja, karena engkau hanya akan mendapat dosa dan kehancurannya sementara orang lain mendapat kebaikan dan kesuksesannya.”
Ali bin Abi Thalib RA berkata, “Sesungguhnya manusia mulai tidak suka mencari ilmu karena mereka melihat betapa sedikitnya orang yang memanfaatkan apa yang diketahuinya.”
Abu Darda’ juga mengatakan, “Hal yang paling kutakuti saat bertemu dengan Allah Ta’ala adalah bila Dia bertanya engkau memiliki pengetahuan, namuan diantara pengetahuan-pengetahuan tersebut mana yang engkau laksanakan?”
Hal paling baik dari suatu ucapan adalah pelaksananya, sedang hal paling baik dari suatu kebenaran adalah yang mengutarakannya dan hal paling baik dari suatu pengetahuan adalah pembawanya.
Dalam kitab “Mantsur Al Hikam” disebutkan, “Seseorang dianggap tidak memanfaatkan ilmunya bila ia tidak mengamalkannya. Sebagian ulama berpendapat: buah dari ilmu adalah pengamalannya sedang buah dari pengamalan adalah jika diberi balasan.”
Ilmu berdering karena pengamalan, jika panggilan dijawab ia akan mendekat atau sebaliknya ia akan pergi. Ilmu yang paling baik adalah yang bermanfaat sedang ucapan paling baik adalah yang dapat mencegah perbuatan.
Ahli balaghah (sastra arab) juga mengatakan, “Kesempurnaan ilmu terletak pada penggunaannya dan kesempurnaan pengamalan terletak pada penguasaan atasnya. Siapa yang menggunakan ilmunya tidak akan kehilangan petunjuk dan siapa yang merasa kurang pengamalan tidak akan kehilangan arah.”
Orang-orang yang mengamalkan ilmunya tak kan memuji orang berilmu tanpa pelaksanaan. Juga sebaliknya tidak memberi pujian orang yang melaksanakan sesuatu tanpa ilmu. Orang-orang ini berjalan menuju kemuliaan dan menganggapnya sebagai tikungan mengerikan. Bagi mereka kelemahan paling parah adalah kelemahan orang bijaksana.
Sebagaimana ilmulah yang merupakan motif bagi seseorang untuk mempelajari dan mengutipnya dari orang lain maka pelaksanaan dan pengamalan ilmu itu bahkan lebih wajib sifatnya, dan seharusnya menjadi motif utama perbuatan. Karena posisi amal berada di atas ucapan sedang posisi ilmu di atas posisi amal. Wallahu a'lam.
Firman Allah SWT, “Dan sesungguhnya Dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah mengajarkan kepadanya.” (QS. Yusuf: 68) memiliki maksud bahwa seseorang akan melaksanakan apa yang diketahuinya.”
Diriwayatkan juga bahwa Nabi SAW bersabda, “Kecelakaan bagi si corong perkataan dan mereka yang tegak telinganya.” Maksudnya adalah kecaman kepada orang yang menyimak firman Allah tetapi tidak mengamalkannya.
Abdullah bin Wahab meriwayatkan dari Sufyan, sesungguhnya Khaidir berkata kepada Musa AS, “Wahai putra ‘Imran! Pelajarilah ilmu untuk diamalkan dan jangan mempelajarinya untuk diperbincangkan saja, karena engkau hanya akan mendapat dosa dan kehancurannya sementara orang lain mendapat kebaikan dan kesuksesannya.”
Ali bin Abi Thalib RA berkata, “Sesungguhnya manusia mulai tidak suka mencari ilmu karena mereka melihat betapa sedikitnya orang yang memanfaatkan apa yang diketahuinya.”
Abu Darda’ juga mengatakan, “Hal yang paling kutakuti saat bertemu dengan Allah Ta’ala adalah bila Dia bertanya engkau memiliki pengetahuan, namuan diantara pengetahuan-pengetahuan tersebut mana yang engkau laksanakan?”
Hal paling baik dari suatu ucapan adalah pelaksananya, sedang hal paling baik dari suatu kebenaran adalah yang mengutarakannya dan hal paling baik dari suatu pengetahuan adalah pembawanya.
Dalam kitab “Mantsur Al Hikam” disebutkan, “Seseorang dianggap tidak memanfaatkan ilmunya bila ia tidak mengamalkannya. Sebagian ulama berpendapat: buah dari ilmu adalah pengamalannya sedang buah dari pengamalan adalah jika diberi balasan.”
Ilmu berdering karena pengamalan, jika panggilan dijawab ia akan mendekat atau sebaliknya ia akan pergi. Ilmu yang paling baik adalah yang bermanfaat sedang ucapan paling baik adalah yang dapat mencegah perbuatan.
Ahli balaghah (sastra arab) juga mengatakan, “Kesempurnaan ilmu terletak pada penggunaannya dan kesempurnaan pengamalan terletak pada penguasaan atasnya. Siapa yang menggunakan ilmunya tidak akan kehilangan petunjuk dan siapa yang merasa kurang pengamalan tidak akan kehilangan arah.”
Orang-orang yang mengamalkan ilmunya tak kan memuji orang berilmu tanpa pelaksanaan. Juga sebaliknya tidak memberi pujian orang yang melaksanakan sesuatu tanpa ilmu. Orang-orang ini berjalan menuju kemuliaan dan menganggapnya sebagai tikungan mengerikan. Bagi mereka kelemahan paling parah adalah kelemahan orang bijaksana.
Sebagaimana ilmulah yang merupakan motif bagi seseorang untuk mempelajari dan mengutipnya dari orang lain maka pelaksanaan dan pengamalan ilmu itu bahkan lebih wajib sifatnya, dan seharusnya menjadi motif utama perbuatan. Karena posisi amal berada di atas ucapan sedang posisi ilmu di atas posisi amal. Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar