Mengapa Surah At-Taubah tidak Didahului Basmalah?
18 syawwal 1433
Basmalah (ilustrasi).
Berita Terkait
REPUBLIKA.CO.ID, Setiap surah di dalam Alquran selalu diawali dengan kalimat basmalah. Namun, mengapa Surah At-Taubah tidak dicantumkan basmalah?
Syekh Yusuf Qardhawi mengatakan terdapat bermacam pendapat di kalangan ulama mengenai masalah tidak dicantumkannya basmalah dalam Surah At-Taubah ini.
Pendapat yang menurut dia dianggap paling kuat, yakni pendapat Ali bin Abi Thalib RA. “Bismillahir rahmanir rahim adalah suatu kedamaian (ketenteraman), sedangkan Surah At-Taubah diturunkan tanpa kedamaian,” kata Ali.
Surah ini menyampaikan pernyataan umum tentang putusnya segala ikatan dan perjanjian antara kaum Muslimin dengan kaum musyrik, kecuali sebagian perjanjian yang telah ditetapkan masa berlakunya hingga waktu tertentu. Itu pun dengan syarat bahwa perjanjian tersebut tidak mereka rusak atau mereka langgar.
Karena itu, ketika kaum musyrik melakukan berbagai ulah kepada kaum Muslimin, mereka bekerjasama dengan kaum Yahudi dan ingkar janji terhadap kaum Muslimin. Maka tidak ada lagi ikatan perjanjian dan jaminan bagi mereka, tidak ada lagi undang- undang dan peraturan yang harus diberlakukan, serta tidak ada lagi tanggung jawab moral bagi mereka.
Singkatnya, Islam perlu membuat perhitungan dengan mereka. Dari peristiwa inilah kemudian turun Surah At-Taubah (Al-Bara’ah) yang menyatakan pemutusan tali perhubungan dari Allah dan Rasul-Nya bagi kaum musyrik.
Keberadaan basmalah senantiasa dibarengi rahmat. Sifat Ar-Rahman dan Ar-rahim yang melekat di dalamya memastikan adanya jaminan keamanan dan ketenteraman bagi setiap orang. Adapun Surah At-Taubah bukan surah yang menganjurkan kedamaian.
Di dalam surah ini Allah lebih banyak memerintahkan umat lslam agar memerangi kaum musyrik karena mereka telah melanggar perjanjian. Dalam surat ini terdapat perintah, "... bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka dan tangkaplah mereka, kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian...” (QS. At-Taubah: 5).
Kemudian Firman Allah, "... dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kamu semuanya.” (QS. At-Taubah: 36).
Demikianlah, tidak ada lagi kebijaksanaan bagi mereka kecuali perang. Tidak ada lagi kebijaksanaan, rahmat, dan ketenteraman. Wallahu a’lam.
Syekh Yusuf Qardhawi mengatakan terdapat bermacam pendapat di kalangan ulama mengenai masalah tidak dicantumkannya basmalah dalam Surah At-Taubah ini.
Pendapat yang menurut dia dianggap paling kuat, yakni pendapat Ali bin Abi Thalib RA. “Bismillahir rahmanir rahim adalah suatu kedamaian (ketenteraman), sedangkan Surah At-Taubah diturunkan tanpa kedamaian,” kata Ali.
Surah ini menyampaikan pernyataan umum tentang putusnya segala ikatan dan perjanjian antara kaum Muslimin dengan kaum musyrik, kecuali sebagian perjanjian yang telah ditetapkan masa berlakunya hingga waktu tertentu. Itu pun dengan syarat bahwa perjanjian tersebut tidak mereka rusak atau mereka langgar.
Karena itu, ketika kaum musyrik melakukan berbagai ulah kepada kaum Muslimin, mereka bekerjasama dengan kaum Yahudi dan ingkar janji terhadap kaum Muslimin. Maka tidak ada lagi ikatan perjanjian dan jaminan bagi mereka, tidak ada lagi undang- undang dan peraturan yang harus diberlakukan, serta tidak ada lagi tanggung jawab moral bagi mereka.
Singkatnya, Islam perlu membuat perhitungan dengan mereka. Dari peristiwa inilah kemudian turun Surah At-Taubah (Al-Bara’ah) yang menyatakan pemutusan tali perhubungan dari Allah dan Rasul-Nya bagi kaum musyrik.
Keberadaan basmalah senantiasa dibarengi rahmat. Sifat Ar-Rahman dan Ar-rahim yang melekat di dalamya memastikan adanya jaminan keamanan dan ketenteraman bagi setiap orang. Adapun Surah At-Taubah bukan surah yang menganjurkan kedamaian.
Di dalam surah ini Allah lebih banyak memerintahkan umat lslam agar memerangi kaum musyrik karena mereka telah melanggar perjanjian. Dalam surat ini terdapat perintah, "... bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka dan tangkaplah mereka, kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian...” (QS. At-Taubah: 5).
Kemudian Firman Allah, "... dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kamu semuanya.” (QS. At-Taubah: 36).
Demikianlah, tidak ada lagi kebijaksanaan bagi mereka kecuali perang. Tidak ada lagi kebijaksanaan, rahmat, dan ketenteraman. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar