Adalah Allah yang adil, Dia-lah yang senantiasa bertindak adil. Orang tidak dapat mengetahui orang yang adil tanpa mengetahui keadilan dan untuk mengetahuinya harus mengetahui tindakannya.
Dan barangsiapa ingin memahami sifat ini, ia harus memahami tindakan-tindakan Allah sampai ia tidak dapat melihat kecacatan apapun dalam ciptaan-Nya, sehingga menjadikan pandangannya menjadi lemah pada dirinya karena keindahan dan kehadiran Ilahiyah yang telah menguasainya dan membuatnya takjub pada keselarasan dan keteraturannya. Bagi orang-orang seperti ini, berarti keadilan Allah Azza wa Jalla telah melekat pada pemahamannya.
'Mahasuci Allah yang ditangan-Nyalah segala kerajaan dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang, maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?. Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah. sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa Neraka yang menyala-nyala' [Al Mulk:1~5].
Dia menciptakan berbagai wujud, baik dzahir maupun bathin, dan yang sempurna maupun yang tidak sempurna. Dia menciptakan dan juga mengaturnya dalam tingkatan yang sesuai dengannya. Menempatkan bumi pada tempat yang paling rendah, meletakkan udara dan air diatasnya dan langit diatas udara.
Jika susunan tersebut dibalik, maka tatanannya tidak dapat dipertahankan. Dia menyusun manusia dari tulang, daging dan kulit. Menempatkan tulang sebagai penyangga, daging sebagai pembungkus tulang, dan kulit sebagi pembungkus daging, jika tatanan ini dibalik, maka tatanan tidak dapat dipertahankan. Demikian pula susunan anatomi tubuh manusia yang susunannya begitu rumit, tetapi Allah menatanya dengan begitu sempurna dalam berbagai fungsinya masing-masing.
Biasanya kita kurang bertafakur mengenai keajaiban-keajaiban yang tampak dibumi ini, oleh karena itu akan lebih lalai lagi terhadap keajaiban-keajaiban yang ada pada diri sendiri.
'Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami disegenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?' [Fushshilat:53].
'Maka apakah mereka tidak melihat langit yang ada diatas mereka, bagaimana Kami meniggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ?' [Qaaf:6].
'Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya. Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain) ?. Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang yang menyimpang (dari kebenaran)' [An Naml:60].
'Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai dicelah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkannya) dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut. Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain) ?. Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui' [An Naml:61].
'Dan demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi. Dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang-orang yang yakin' [Al An'aam:75].
Sesungguhnya manusia dapat berlaku adil, yaitu menempatkan hawa nafsu dibawah bimbingan akal dan agama. Apabila menjadikan akal sebagai hamba hawa nafsu maka musnahlah apa yang disebut adil. Manusia dapat dikatakan adil apabila dia juga dapat memperlakukan anggota tubuhnya sesuai dengan cara-cara yang benar. Melaksanakan tugas kepada sanak keluarganya dan menjadi pemimpin yang adil dengan melaksanakan tugas-tugas dengan baik kepada rakyatnya.
Apabila seorang raja membuka gudang-gudang yang berisi senjata, kitab-kitab, harta dan barang lainnya, kemudian membagikan barang tersebut. Uang diberikan kepada orang kaya, kitab-kitab diberikan kepada pasukan tempur, tentu hal tersebut berguna bagi mereka, akan tetapi menjadi bersifat zalim dan tidak adil, karena raja itu meletakkan segala sesuatu bukan pada tempatnya.
Tetapi apabila ia menghukum seorang pencuri atau memaksa sesorang yang sedang sakit untuk berobat kepada tabib, itu berarti menempatkan sesuatu pada tempat yang sebenarnya. Manusia akan mendapat keuntungan keagamaan dari kepercayaan mereka bahwa Allah Azza wa Jalla itu adil dan tidak merasa keberatan terhadap rencana-Nya, ketentuan-Nya, dan semua tindakan-Nya, entah itu sesuai dengan kehendak dirinya atau tidak.
Kesemuanya adalah sebuah keadilan dan memang harus demikian, dan seandainya dia tidak melakukan apa yang telah dilakukan-Nya, sesuatu yang lain yang jauh lebih merugikan akan terjadi dibanding apa yang telah terjadi, misalnya seseorang akan lebih parah sakitnya, apabila ia harus dioperasi tetapi ia menolak untuk dioperasi.
Begitulah keadilan Allah, bagi orang yang meniadakan keberatan dengan beriman kepada-Nya baik secara lahiriah maupun bathiniah. Iman akan sempurna jika tidak mengutuk nasib, tidak menuduh bahwa segalanya terjadi karena adanya pengaruh-pengaruh benda-benda.
Jika tahu semua ini terjadi karena sesuatu yang tunduk kepada-Nya, diatur dan diarahkan kepada akibat-akibatnya dengan sebaik-baik tatanan dan arah akan sesuai dengan segi keadilan dan kebajikan yang paling tinggi. (Imam Al-Ghazali)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar