sa'at shalat
Senin, 09 Agustus 2010
Kesalahan Orang Tua Adalah Penyebab Anak Durhaka
(fiqhislam.com)
Banyak faktor yang menjadi pemicu kedurhakaan seorang anak kepada orangtua. Namun jika kita telaah dengan baik, faktor utamanya adalah kesalahan orangtua dalam mendidik anak. Kesalahan tersebut bisa berupa kesalahan dalam menerapkan cara yang digunakan; seperti terlalu banyak aturan atau sikap orangtua yang terlalu keras dan kasar terhadap anak.
Sikap lemah lembut dan kasih sayang adalah modal utama dan kunci keberhasilan orangtua dalam mendidik anak. Inilah cara yang diajarkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW dalam mendidik umatnya. Allah berfirman:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Ali Imran: 159).
…Sikap lemah lembut dan kasih sayang adalah modal utama dan kunci keberhasilan orangtua dalam mendidik anak…
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Kelembutan adalah hiasan bagi segala sesuatu.” (HR. Muslim, bab Al-Birru).
Dari Ibnu Umar disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Sikap lemah-lembut dalam kehidupan berumahtangga pasti menghasilkan manfaat bagi penghuninya.” (Shahih Al-Jami’/1455)
Sikap lemah lembut dalam mendidik anak merupakan faktor yang sangat mendukung keberhasilan pendidikan anak. Orangtua selayaknya memahami bahwa anaknya bukanlah malaikat yang tidak pernah berbuat salah, dan bukan pula setan yang tidak memiliki sisi kebaikan.
Dalam bukunya Nasha`ih li Al-Abaa` Qabla ‘Uquq Al-Abnaa`, Prof. Sa’ad Karim menjelaskan, ketika seorang anak melakukan kesalahan, tidak selayaknya orangtua langsung memberikan hukuman yang bert. Yang harus dilakukan oleh orangtua adalah memberikan nasehat dan petunjuk, menjelaskan kesalahan sang anak dengan cara yang bijak, sambil memberikan keterangan tentang perilaku dan sikap yang benar. Setelah itu, memberikan bimbingan dan arahan.
Marwan bin Abi Hafshah, dalam salah satu bait syairnya pernah menyatakan:
Janganlah tergesa-gesa mencela sahabatmu
Siapa tahu dia punya alasan
Sementara kamu terlanjur mencelanya.
Salah seorang ulama yang merupakan pakar sosiologi, Ibnu Khaldun, pernah mengingatkan bahaya sikap keras dan kasar dalam pendidikan. Dia menjelaskan bahwa pendidikan yang didasari oleh sikap kasar dan keras seringkali menghasilkan manusia-manusia suka berbohong, munafik, dan memiliki kepribadian rapuh.
…Ibnu Khaldun mengingatkan bahaya sikap keras dan kasar dalam pendidikan, yang seringkali menghasilkan manusia-manusia suka berbohong, munafik, dan memiliki kepribadian rapuh…
Ibnu Khaldun melanjutkan, jika seorang guru atau pembimbing bersikap kasar dan keras, sikap yang demikian seringkali mendorong anak didik menjadi pembohong dan suka memperlihatkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang tersimpan. Hal itu dilakukan anak didik karena rasa takut terhadap sikap kasar dan keras sang pembimbing. Jika dia telah mengetahui cara melepaskan diri dari hukuman (baik dengan berbohong atau perilaku negatif lainnya), maka lama kelamaan sikap yang demikian akan menjadi kebiasaannya.
Dengan demikian, rusaklah potensi nilai-nilai kebaikan yang ada dalam dirinya. Jika telah demikian, dia akan menyandarkan segala kebaikan atas usaha orang lain dan hilanglah jiwa kemandirian dalam dirinya. Akhirnya, sang anak tumbuh menjadi manusia yang malas dan tidak bersemangat dalam melakukan kebaikan.
Mengomentari hal yang sama, Prof. Jamal Al-Kasyif menyatakan, “Seorang anak yang tumbuh dalam situasi dan kondisi yang keras dan kasar akan mengalami perkembangan mental tidak sehat. Pengaruh dan dampak buruknya bervariasi, bisa cepat bisa juga lambat.”
Seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kepercayaan, cinta, dan saling pengertian, jarang sekali bersikap khianat atau melanggar janji. Dia akan menjadikan kepercayaan sebagai sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya. Dia akan tumbuh menjadi manusia yang mengusung kepercayaan diri, berterus terang, dan jujur.
…Seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan kepercayaan, cinta, dan saling pengertian, jarang sekali bersikap khianat atau melanggar janji…
Sebaliknya, teman-temannya yang tumbuh dalam situasi dan kondisi kasar dan keras, penuh dengan ketidakpercayaan dan keraguan akan tumbuh menjadi manusia pembohong, munafik, suka berkhianat, dan bersikap curang.
Dalam penjelasan selanjutnya, Ibnu Khaldun menekankan pentingnya peran orangtua, guru, dan para pendidik untuk bersikap lemah lembut dan menjadikan kasih sayang sebagai dasar dalam menerapkan pendidikan. Sikap yang demikian akan menghasilkan buah manis di kemudian hari. Dalam penjelasannya, dia juga mengatakan, “Seorang guru jangan bersikap keras terhadap anak didiknya dan orangtua jangan bersikap kasar kepada anak-anaknya.” (Lebih lanjut lihat: Muqaddimah, Ibnu Khaldun).
…Pendidikan bukanlah sekadar rumus dan peraturan. Namun lebih dari itu, pendidikan adalah seni…
Pendidikan bukanlah sekadar rumus dan peraturan. Namun lebih dari itu, pendidikan adalah seni. Oleh karena itu, orangtua hendaknya mengetahui dasar-dasar pendidikan yang baik dan menerapkannya dengan cara yang bijak, sesuai petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga kelak akan lahir generasi yang baik. Amin! [ganna pryadha/voa-islam.com]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar